animasi-bergerak-selamat-datang-0277 Baby Hello Kitty

Senin, 30 Mei 2016

jenis-jenis cacing

Macam-Macam Cacing



CACING TANAH
Cacing  Tanah adalah nama yang paling umum digunakan untuk hewan dalam kelompok Oligochaeta, yang nama kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya. Cacing ini tergolong dalam filum Annelida. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing  Tanah didefinisikan sebagai cacing yang hidup di dalam tanah yang lembap.


CACING TAMBANG
adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil inang(korban sebagai tempat makan)nya, dalam hal ini adalah manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Tambang didefinisikan sebagai cacing parasit pengisap darah yang mempunyai pengait yang kuat pada rongga mulut atau pipi untuk menyerang usus.


CACING GELANG/ ASCARIS (CACING PERUT)
Cacing ini termasuk dalam kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang(invertebrata) yang termasuk dalam filum Nemathelminthes Ascaris lumbricoides.Untuk definisi lengkap dari cacing gelang ini, saya belum menemukannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)pun Cacing Gelang berada dalam sub pengertian cacing sebagai cacing yang hidup dalam usus halus manusia. Hanya itu saja yang saya temukan, sayang sekali.



CACING CAMBUK
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Cambuk tidak terdapat definisinya. Namun dari berbagai sumber yang ada Trichuris trichiura ini disebut cambuk adalah karena pada bagian anteriornya berbebtuk langsing memanjang seperti cambuk, yang panjangnya kira-kira mencapai 3/5 dari panjang seluruh tubuhnya.






CACING JANTUNG
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Jantung atau Dirofilaria immitis didefinisikan sebagai cacing nematoda yang terdapat dalam jantung karnivora, betinanya dapat mencapai panjang 30 cm. Cacing ini kebanyakan menyerang pada hewan, seperti anjing dan kucing. Dapat menyebabkan kematian pada hewan inangnya apabila tidak dirawat.




CACING PITA
Termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa Cyclophyllidea, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Pita didefinisikan sebagai cacing berkepala, beruas-ruas, panjang dan pipih seperti pita, hidup di dalam perut, biasanya dianggap sebagai sumber penyakit. Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata dan yang paling penting cacing ini dapat menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerbau.


CACING PIPIH
Tubuhnya memipih dan badan berbentuk pita adalah Filum Platyhelminthes yang terdapat 4 kelas didalamnya yaitu Turbellaria, Trematoda, Cestoda dan monogenea (cacing pita merupakan bagian dari cestoda). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Pipih didefinisikan sebagai cacing berbadan pipih, yang mempunyai rongga tubuh.
 

CACINGKREMI ATAU ENTEROBIUS VERMICULARIS

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Kremi definisinya adalah cacing kecil yang hidup sebaga parasit dalam perut, terutama pada anak-anak.Penyakit ini sering disebut kremien di kalangan orang jawa. Cacing ini tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus manusia dan aktif pada malam hari(bergerak ke anus untuk bertelur).



CACING BENANG ATAU FILARIA(Wuchereria bancrofti)
Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut cacing benang atau filaria. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Benang definisinya adalah cacing yang menyebabkan penyakit filariaris yang menyebabkan pembengkakan pada kaki.




CACING-CACING YANG BERKELIARAN DI TUBUH MANUSIA

Macam-macam Cacing Yang Ada di Tubuh Kita

Mendengar kata cacing, tentu pikiran kita akan membayangkan binatang yang bulat panjang tanpa tulang yang hidup di tempat kotor. Sudah barang tentu kita juga sudah tahu macam macam cacing baik cacing yang hidup di tanah yang biasa digunakan sebagai umpan maupun cacing yang hidup di air. Cacing yang hidup di tanah disamping bisa digunakan sebagai umpan, juga sangat membantu pak tani dalam menggemburkan tanah pertanian.

Sayangnya ada saudaranya cacing tanah yang doyan hidup di dalam usus manusia. Karena cacing merupakan salah satu makhluk hidup yang harus makan untuk mempertahankan hidupnya, maka di dalam perut pun cacing ini akan makan segala hal yang bisa dimakan. Nggak perduli apakah makanan itu dibutuhkan oleh yang punya perut, asal bisa dimakan akan dimakan oleh sang cacing. Curangnya si cacing ini, kalau jumlahnya banyak maka disamping yang makan ikut ikutan banyak, juga secara mekanis akan menyumbat saluran pencernaan. Bertambahlah penderitaan manusia yang mempunyai cacing indekos di perutnya.

Cacing pada manusia dalam menginfeksi sesungguhnya tidak memandang bulu. Asal bisa masuk, doi akan masuk ke tubuh manusia. Perantaranya pun bermacam macam namun yang paling sering adalah makanan terutama makanan yang tidak bagus secara hygines dalam penyajiannya. Walaupun menginfeksi manusia, cacing tidak meninggalkan sifat aslinya yang senang dengan lingkungan yang kotor dan lembab, itu sebabnya infeksi cacing sering ditemukan pada lingkungan masyarakat yang kumuh dan lembab. Bukan berarti orang orang yang selalu menjaga kebersihan akan bebas cacing 100 persen karena walau diri kita sendiri bersih, kita tidak bisa menghindari kontak dengan orang lain yang bisa saja membawa telur cacing.
Sebenarnya cacing pada manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita dan cacing pipih. Tapi yang kita bahas disini adalah cacing gelang karena kasusnya paling banyak diantara infeksi cacing yang ada.

Baiklah, sekarang kita bahas satu satu :

1. Cacing Perut (Askariasis)
Biasanya disebabkan oleh keluarga cacing Askaris lumbricoides yang merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia. Cacing dewasa hidup di dalam usus manusia bagian atas, dan melepaskan telurnya di dalam kotoran manusia. Infeksi pada manusia terjadi melalui jalan makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung telur cacing. Telur yang tertelan akan mengeluarkan larva. Larva ini akan menembus dinding usus masuk ke aliran darah yang akhirnya sampai ke paru paru lalu akan dibatukan keluar dan ditelan kembali ke usus. Penyulit yang timbul dari infeksi ini antara lain anemia, obstruksi saluran empedu, radang pankreas dan usus buntu.

2. Cacing Kremi (Enterobiasis)
Cacing yang memegang peranan disini adalah Enterobius vermikularis yang sering banget terjadi pada anak kecil. Cacing dewasa akan tinggal di usus besar. Cacing betina yang akan bertelur meninggalkan usus besar menuju anus yang merupakan tempat bertelur yang paling ideal. Saat inilah si anak akan menangis karena lubang anusnya gatal. Secara kasat mata, cacing ini akan terlihat sebesar parutan kelapa disekitar lubang anus. Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui mulut baik dengan perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita yang habis menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi akibat tindakan itu.

3. Cacing Tambang
Paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki. Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen.

4.Cacing Cambuk (Trichuriasis)
Cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana. Gejala yang timbul pada penderita cacing cambuk antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu.
Cara pencegahan sebenarnya cukup simpel yaitu kita harus menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan terutama dalam penyajian makanan. Dalam membeli makanan, kita harus memastikan bahwa penjual makanan memperhatikan aspek kebersihan dalam mengolah makanan.

Pencegahan
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari infeksi cacing usus, antara lain :
– Jagalah kebersihan pribadi, makanan dan lingkungan dengan baik.
– Mencuci tangan dengan bersih terutama sebelum makan dan setelah buang air besar,
– Menggunting kuku dan hindari kebiasaan menggigit kuku,
– Cuci sayur dengan bersih dan masak daging hingga benar-benar matang,
– Sediakan fasilitas jamban yang memadai, jangan buang air besar sembarangan,
– Sebaiknya anak-anak diberi obat cacing setiap 6 bulan sekali.

Herba untuk memberantas Cacingan
Biji buah PinangSelain dengan obat modern, cacingan juga dapat dilawan dengan obat alami dari herbal/tumbuhan obat yang berkhasiat sebagai anthelminthik (anti-cacing), antara lain adalah biji pinang (Areca catechu), biji wudani (Quisqualis indica), kulit dan akar delima (Punica granatum), biji labu kuning (Cucurbita moschata), temu giring (Curcuma heyneana), biji dan akar pepaya (Carica papaya), bawang putih (Alium sativum), ketepeng (Cassia alata), mindi kecil (Melia azedarach). Secara empiris (pengalaman) berbagai tumbuhan obat tersebut efektif mengatasi cacingan, diantaranya juga telah dilakukan penelitian dan terbukti mengandung senyawa aktif yang berkhasiat anthelminthik.
Pada biji pinang mengandung arekolin yaitu salah satu alkaloid yang berfungsi sebagai obat cacing. Kulit buah dan akar delima mengandung alkaloid dan tanin yang berkhasiat anthelminthik terutama pada cacing gelang dan cacing pita. Senyawa potassium quisqualata yang terkandung pada buah wudani dapat membunuh cacing usus. Komponen aktif lainnya yang berkhasiat anthelminthik adalah glukosida cacirin yang terkandung dalam buah pepaya, cucurbitin pada biji labu kuning, diallil disulfida pada bawang putih, serta toosendanin yang terkandung pada kulit batang dan kulit akar mindi.
Berikut beberapa contoh resep herbal untuk mengatasi cacingan
Resep 1 (untuk semua jenis cacing)
15 gram biji pinang kering di tumbuk + 60 gram biji labu kuning yang kering ditumbuk + 15 gram kulit delima kering. Semua bahan direbus dengan 600 cc air (dengan api kecil) hingga tersisa 200 cc, disaring, setelah dingin airnya diminum.
Resep 2 (untuk cacing kremi, cacing tambang, cacing gelang, cacing cambuk)
Biji wudani disangrai sampai matang, lalu dimakan dengan dikunyah ½ jam sebelum makan. Anak kecil 3-15 biji sehari, dewasa 15-30 biji sehari, dibagi untuk 3 kali makan. Lakukan berturut-turut selama 15 hari (satu keur). Setelah satu bulan dimakan satu keur lagi.
Resep 3 (untuk cacing kremi dan cacing gelang)
20 gram temu giring segar + 15 gram temu hitam segar + 2 siung bawang putih, dicuci dan didihaluskan atau diblender dengan menambahkan 100 cc air hangat, disaring, diminum pada pagi hari setengah jam sebelum makan.

Jumat, 27 Mei 2016

pengertian enzim

A. PENGERTIAN ENZIM
Enzim merupakan senyawa organik yang berfungsi sebagai katalis. Artinya, enzim dapat mempercepat berlangsungnya suatu reaksi kimia tetapi enzim itu sendiri tidak ikut berubah. Hal demikian dapat dilakukan enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi awal yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia.

B. STRUKTUR ENZIM
Enzim secara keseluruhannya disebut haloenzim. Enzim tersusun dari dua komponen utama, yaitu komponen protein dan komponen nonprotein.
Komponen protein(apoenzim)pada enzim sangat menentukan kerja enzim. Hal demikian dimungkinkan karena apoenzim merupakan tempat melekatnya substrat dan sekaligus tempat mereaksikan substrat. Bagian enzim tempat melekatnya substrat disebut sisi aktif enzim. Substrat merupakan bahan atau molekul yang dikatalis oleh suatu enzim. Substrat dapat berupa karbohidrat, protein, dan lemak.
Komponen nonprotein (gugus prostetik) pada enzim mempunyai sifat stabil pada suhu yang elatif tinggi dan tidak berubah pada akhir reaksi. Gugus prostetik ini dibedakan menjadi gugus kofaktor dan koenzim. Gugus kofaktor tersusun dari zat anorganik yang umumnya berupa logam, misalnya Cu, Fe, Mn, Zn, Ca, K, Co. Gugus koenzim tersusun dari senyawa organik nonprotein yang tidak melekat erat pada bagian protein enzim. Contohnya, NAD, NADP, dan koenzim A.

C. SIFAT ENZIM
Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 2.000 jenis enzim. Secara umum, enzim mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1.Merupakan protein. Bahan penyusun utama enzim adalah protein.
2.Mudah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Faktor lingkungan, antara lain suhu, ph, dan inhibitor.
3.Sebagai katalisator. Dalam hal ini enzim berfungsi mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak ikut berubah setelah proses reaksi selesai.
4.Bekerja secara spesifik. Enzim hanya berperan menbantu satu macam substrat dan tidak dapat bekerja untuk bermacam-macam substrat. Hal yang demikian dikenal dengan istilah satu enzim satu substrat. 
5.Bekerja secara bolak-balik. Artinya, enzim tidak menentukan arah reaksi, tetapi hanya bekerja mempercepat laju reaksi sampai mencapai keseimbangan. Enzim dapat berfungsi dalam reaksi penyusunan zat maupun penguraian zat.
6.Dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Artinya, sedikit enzim dapat mengkatalis suatu reaksi kimia.

D. MEKANISME KERJA ENZIM
Reaksi enzimatis akan berlangsung apabila substrat tersedia dan bagian sisi aktif enzim dalam keadaan kosong. Pada kondisi yang demikian substrat akan memasuki bagian sisi aktif enzim. Bagian sisi aktif enzim akan mengalami perubahan bentuk dengan mengelilingi substrat kemudian membentuk ikatan lemah berupa kompleks enzim-substrat. Di dalam sisi aktif, substrat akan diubah menjadi suatu bentuk akhir, yang dikenal sebagai produk. Selanjutnya, produk tersebut dilepas dari ikatan enzim dan enzim itu sendiri kembali bebas untuk berikatan dengan substrat yang lain.
 Ada dua hipotesis yang menjelaskan tentang mekanisme kerja enzim yaitu sebagai berikut :
a. Lock and Key Theory (Teori Gembok dan Kunci) Teori ini dikemukakan oleh Fischer(1898). Enzim diumpamakan sebagai gembok yang mempunyai bagian kecil dan dapat mengikat substrat. Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat disebut sisi aktif. Substrat diumpamakan kunci yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Perhatikan video berikut.

Teori Lock and Key (Kunci dan gembok)
Cara kerja enzim menurut Teori Lock and Key sebagai berikut.
image
Selain sisi aktif, pada enzim juga ditemukan adanya sisi alosterik. Sisi alosterik dapat diibaratkan sebagai sakelar yang dapat menyebabkan kerja enzim meningkat ataupun menurun. Apabila sisi alosterik berikatan dengan penghambat (inhibitor), konfigurasi enzim akan berubah sehingga aktivitasnya berkurang. Namun, jika sisi alosterik ini berikatan dengan aktivator (zat penggiat) maka enzim menjadi aktif kembali.
b. Induced Fit Theory (Teori Ketepatan Induksi) Teori berikutya yang mencoba menjelaskan cara kerja enzim adalah teori Induced Fit (ketepatan induksi). Sisi aktif enzim bersifat fleksibel sehingga dapat berubah bentuk menyesuaikan bentuk substrat. Perhatikan video berikut.
Teori Induced Fit dalam model animasi
Gambaran teori tersebut dijelaskan pula memlaui gambar di bawah ini. image




E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS ENZIM
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi enzim adalah sebagai berikut:

a. Suhu

Tiap kenaikan suhu 10º C, kecepatan reaksi enzim menjadi dua kali lipat. Hal ini berlaku dalam batas suhu yang wajar. Kenaikan suhu berhubungan dengan meningkatnya energi kinetik pada molekul substrat dan enzim. Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan molekul substrat meningkat. Sehingga, pada saat bertubrukan dengan enzim, energi molekul substrat berkurang. Hal ini memudahkan molekul substrat terikat pada sisi aktif enzim. 

Peningkatan suhu yang ekstrim dapat menyebabkan atom-atom penyusun enzim bergetar sehingga ikatan hidrogen terputus dan enzim terdenaturasi. Denaturasi adalah rusaknya bentuk tiga dimensi enzim dan menyebabkan enzim terlepas dari substratnya. Hal ini, menyebabkan aktivitas enzim menurun, denaturasi bersifat irreversible (tidak dapat balik). Setiap enzim mempunyai suhu optimum, sebagian besar enzim manusia mempunyai suhu optimum 37º C. Sebagian besar enzim tumbuhan mempunyai suhu optimum 25º C.
Sampai pada suatu titik, laju reaksi enzimatik akan meningkat bersama dengan peningkatan suhu, sebagian karna substrat lebih sering bertumbukan dengan situs aktif ketika molekul- molekul bergerak cepat. Akan tetapi, diatas suhu tersebut kecepatan reaksi enzimatik turun drastis. Agitasi termal pada molekul enzim akan mengganggu ikatan hidrogen, ikatan ionik dan interaksi- interaksi lemah lain yang menstabilkan bentuk aktif enzim, dan molekul protein pada akhirnya terdenaturasi.


Grafik hubungan antara temperatur dengan kecepatan reaksi

b. pH (derajat keasaman)

Enzim sangat peka terhadap perubahan derajat keasaman dan kebasaan (pH) lingkungannya. Enzim dapat nonaktif bila berada dalam asam kuat atau basa kuat.

Pada umumnya, enzim intrasel bekerja efektif pada kisaran pH 7,0. Jika pH dinaikkan atau diturunkan di luar pH optimumnya, maka aktivitas enzim akan menurun dengan cepat. Tetapi, ada enzim yang memiliki pH optimum sangat asam, seperti pepsin, dan agak basa, seperti amilase. Pepsin memiliki pH optimum sekitar 2 (sangat asam). Sedangkan, amilase memiliki pH optimum sekitar 7,5 (agak basa).

c. Inhibitor

Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

Kerja enzim dapat terhalang oleh zat lain. Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Zat penghambat atau inhibitor dapat menghambat kerja enzim untuk sementara atau secara tetap. Inhibitor enzim dibagi menjadi dua, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.

1) Inhibitor kompetitif

Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim. Contohnya, sianida bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan hemoglobin dalam rantai respirasi terakhir. Penghambatan inhibitor kompetitif bersifat sementara dan dapat diatasi dengan cara menambah konsentrasi substrat.

2) Inhibitor nonkompetitif

Inhibitor nonkompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim. Sehingga, bentuk enzim berubah dan sisi aktif enzim tidak dapat berfungsi. Hal ini menyebabkan substrat tidak dapat masuk ke sisi aktif enzim. Penghambatan inhibitor nonkompetitif bersifat tetap dan tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.

Selain inhibitor, terdapat juga aktivator yang mempengaruhi kerja enzim. Aktivator merupakan molekul yang mempermudah enzim berikatan dengan substratnya. Contohnya, ion klorida yang berperan dalam aktivitas amilase dalam ludah.



F. PENGELOMPOKKAN ENZIM
Berdasarkan tempat kerjanya, enzim dapat dibedakan menjadi dua, yaitu endoenzim ( enzim yang bekerja di dalam sel/enzim intraseluler) dan eksoenzim (enzim yang bekerja di luar sel/ enzim ekstraseluler). Sementara itu, berdasarkan cara kerjanya, enzim dikelompokkan menjadi enam , yaitu sebagai berikut.
1. Oksidoredukse, berfungsi untuk mengatalisasi reaksi oksidasi atau reduksi dari satu unsur. Contohnya, enzim dehidrogenase dan oksidase.
2. Transferase, berfungsi untuk membantu memindahkan suatu unsur ke unsur lain. contohnya, enzim transaminase dan kinase.
3. Hidrolase, berfungsi membantu pembentukan produk dengan bantuan air (hidrolisis). Contohnya, enzim lipase, amilase, dan peptidase.
4. Liase, berfungsi memindahkan atau menambahkan ikatan C-C, C-N, C-O, atau C-S dari substrat tanpa melalui peristiwa hidrolisis. Contohnya, enzim piruvat dekarboksilase dan oksalat dekarboksilase.
5. Isomerase, berfungsi dalam membantu menyusun kembali suatu molekul karena adanya isomerasi dalam molekul. Contohnya, enzim isomerase dan mutase.
6. Ligase, berfungsi membantu menggabungkan dua molekul melalui penyusunan ikatan C-O, C-S. C-N, atau C-C baru dengan pemecahan ATP. Contohnya enzim sintetase.